Saturday, April 11, 2015

terapi alternatif listrik

Pengobatan alternatif tak jarang
menawarkan metode penyembuhan yang
membuat
mata terbelalak. Mulai pengobatan dengan
lintah,
terapi bara api, pijat ular, hingga metode
penyembutan yang mungkin hanya terjadi di
Indonesia: terapi listrik di atas bantalan rel
kereta.
Hampir setiap pagi dan sore, hingga Jumat 5
Agustus 2011, sejumlah warga berbaring di
atas
bantalan rel kereta listrik, tak jauh dari stasiun
di
kawasan Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta
Barat.
Dengan sensasi tubuh seperti tersengat listrik
tegangan rendah, mereka percaya terapi
semacam
itu dapat meningkatkan vitalitas tubuh dan
menyembuhkan berbagai penyakit seperti
darah
tinggi, stroke, diabetes, rematik, asam urat,
obesitas dan kolesterol tinggi.
Sri Mulyati, pasien diabetes berusia 50 tahun,
melirik terapi ini lantaran menyerah dengan
pengobatan medis yang mahal. Ia yakin terapi
ini
manjur setelah mendengar seorang pria
lumpuh
yang sembuh setelah rutin berbaring di rel
yang
menyengatkan listrik bertegangan rendah itu.
"Saya akan terus melakukannya sampai
benar-
benar sembuh," katanya.
Sri Mulyati dan sejumlah warga mengaku
merasakan kondisinya lebih baik setelah rutin
melakukan terapi itu. Tak harus mengeluarkan
biaya mahal, mereka cukup membawa kain
basah
untuk meningkatkan tegangan listrik.
Sudah lebih setahun warga di kawasan itu
asyik
melakukan terapi tersebut. Tidak jelas siapa
yang
memulai. Jika Sri Mulyati mendengar kisah
tentang
pria lumpuh yang sembuh, sejumlah warga
mendengar seorang pria stroke yang hendak
bunuh diri sembuh dari penyakitnya berbaring
di rel
menunggu kereta yang tak kunjung lewat.
Sejumlah warga masih nekat menjalani terapi
itu.
Mereka tak menggubris ancaman bahaya
tertabrak
kereta. Mereka pun acuh dengan ancaman
denda
yang disampaikan aparat.
Kisah terapi di atas rel yang masih aktif itu
sontak
menjadi perbincangan dunia. Sejumlah media
asing
seperti Associated Press, BBC, Telegraph dan
Al
Jazeera melaporkan, sejumlah pasien di
Jakarta
melakukan terapi yang tak biasa dan potensial
mematikan. Sebagian menulis, terapi itu
menjadi
alternatif di tengah biaya pengobatan yang tak
terjangkau.
Berbahaya